• Posted by : Robbi Syahputra 14 Feb 2014

    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata
    Penari Kipas - Gambar Lukisan Barli Sasmitawinata
    Kali ini admin blog senirupa akan membagikan Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata yang merupakan salah satu tokoh pelukis Realis terkenal dari Indonesia. Barli Sasmitawinata mulai menekuni dunia seni lukis sekitar tahun 1930-an dan dia merupakan bagian dari "Kelompok Lima" yang beranggotakan beberapa seniman lukis besar dari indonesia seperti Affandi, Hendra Gunawan, Sudarso, dan Wahdi. Hubungan di antara kelima anggota kelompok akhirnya terbentuk menjadi seperti saudara saja. Kalau melukis kemana-mana selalu bersama-sama. Termasuk kesempatan perjalanan Barli hingga ke Bali.

    Biografi dan Perjalanan Karier :

    Barli Sasmitawinata sendiri lahir di Bandung, pada tanggal 18 Maret 1921 dan meninggal dunia juga di Bandung pada tanggal 8 Februari 2007 tepatnya berusia 85 tahun. Awalnya ia menjadi pelukis atas permintaan kakak iparnya pada tahun 1935 agar ia memulai belajar melukis di studio milik Jos Pluimentz, pelukis asal Belgia yang tinggal di Bandung. Di sana ia banyak belajar melukis alam benda  dia adalah satu-satunya murid pribumi di studio tersebut. Di studio itu Barli banyak belajar mengenal persyaratan dalam membuat Karya Seni Lukis. Barli dilatih secara intensif melihat objek karena realistik masih sangat populer ketika itu. Pluimentz sang guru, pun selalu berkata, cara melihat seniman dan orang biasa harus berbeda. Orang biasa tidak mampu melihat aspek artistik sesuatu benda sebagaimana seniman.

    Barli di kemudian hari belajar kepada Luigi Nobili, pelukis asal Italia. Di studio ini pula Barli mulai berkenalan dengan Affandi Pelukis terkenal Ekspressionis, yang waktu itu masih mencari uang dengan menjadi model bagi Luigi. Di studio milik Luigi Nobilo itu diam-diam Affandi ikut belajar melukis. Setelah berguru pada pelukis Italia Luigi Nobili yang juga dari Bandung, pada tahun 1950-an ia lalu melanjutkan pendidikan seni rupa di Eropa. Latar belakang pendidikan tingginya di Belanda dan Perancis (Académie de la Grande Chaumière, Paris, 1950 dan Rijksakademie van beeldende kunsten, Amsterdam, 1956) terwakili dalam karya-karyanya yang menunjukkan penguasaan teknik menggambar anatomi tubuh secara rinci dan detail.

    Perjalanan karir lukis Barli dimulai sejak tahun 1930-an sebagai ilustrator terkenal di Balai Pustaka, Jakarta. Dia juga dipakai sebagai ilustrator untuk beberapa koran yang terbit di Bandung. Keterampilan tersebut masih berlanjut di tahun 1950-an saat dia sudah melangglang buana ke mancanegara. Yakni, ketika Barli diangkat menjadi ilustrator pada majalah De Moderne Boekhandel di Amsterdam, dan majalah Der Lichtenbogen di Recklinghausen, Jerman. Barli adalah contoh pelukis dan guru yang mendapatkan pendidikan secara baik sejak usia remaja sampai kemudian dia berkesempatan belajar ke Perancis dan Belanda.

    Kesempatan Barli studi sekaligus berkiprah di benua Eropa berawal di tahun 1950 tatklala dia mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Belanda untuk belajar di Academie Grande de la Chaumiere, Paris, Perancis. Barli masih meneruskan studi di Rijksacademie voor Beeldende Kunsten, Amsterdam, Belanda, sampai tahun 1956. Karena kiprah kepelukisannya yang sedemikian panjang, kritikus seni Jim Supangkat dalam bukunya "Titik Sambung" menempatkan Barli Sasmitawinata sebagai 'titik sambung' dua gugus perkembangan seni lukis Indonesia: seni lukis masa kolonial dan seni lukis modern Indonesia.
    Di Eropa Barli memperoleh banyak prinsip-prinsip melukis anatomi secara intensif. Pelajaran anatomi, untuk pelukis sangat melihat otot-otot yang ada di luar bukan otot yang di dalam. Pernah, selama dua tahun di Eropa Barli setiap dua jam dalam sehari hanya menggambar nude (orang telanjang) saja, sesuatu yang tidak pernah dipersoalkan pantas atau tidak di sana sebab jika untuk kepentingan akademis hal itu dianggap biasa.

    Barli Sasmitawinata juga dikenal sebagai orang yang menekankan pentingnya pendidikan seni rupa. Tahun 1948 ia mendirikan studio Jiwa Mukti bersama Karnedi dan Sartono. Setelah menyelesaikan pendidikan di luar negeri, ia mendirikan Sanggar Rangga Gempol di kawasan Dago, Bandung pada tahun 1958. Ia pernah mengajar seni lukis di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan adalah salah seorang perintis jurusan seni rupa di Institut Kejuruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung (kini bernama Universitas Pendidikan Indonesia) pada tahun 1961. Barli lalu kemudian lebih banyak mengajar murid secara informal di sanggar. Tahun 1992 ia mendirikan Museum Barli Bandung.
    Antara murid-murid yang pernah dididiknya adalah Popo Iskandar, Srihadi Soedarsono, Yusuf Affendi, AD Pirous, Anton Huang, R Rudiyat Martadiraja, Chusin Setiadikara, Sam Bimbo, Rudi Pranajaya. Barli adalah pelukis sekaligus guru. Sudah banyak mahasiswa yang dia ajar di Institut Teknologi Bandung (ITB) maupun murid yang dia bimbing di sanggar seni miliknya, tumbuh menjadi seniman mandiri. Beberapa di antara mantan mahasiswa dan murid itu terkadang ada yang mengabaikan Barli sebagai guru. Namun, yang membanggakan hati dia, tokoh semacam AD Pirous tetap mengakui Barli sebagai salah seorang guru.
    Selain AD Pirous, ada pula beberapa muridnya yang kini dikenang sebagai pelukis yang berkarakter, seperti (almarhum) Huang Fong. Atau, Chusin Setiadikara yang tetap memelihara bekal seni realistiknya tetapi menempuh jalan sulit untuk membuatnya menjadi seni yang terus bisa bermakna di tengah percaturan berbagai gaya dan kecenderungan seni yang baru.

    Barli berperan cukup besar menularkan ilmu kepada murid-muridnya. Entah di kampusnya mengajar ITB Bandung maupun di sanggar seninya. Barli adalah contoh pelukis dan guru yang mendapatkan pendidikan secara baik sejak usia remaja sampai kemudian belajar seni lukis ke Perancis hingga Belanda.
    Barli menyebutkan, seseorang lulusan dari akademis menggambar orang seharusnya pasti bisa sebab penguasaan teknis akan merangsang inspirasi. Dia mencontohkan pengalaman saat belajar naik sepeda sulit sekali sebab salah sedikit saja pasti jatuh. Namun saat sudah menguasai teknis bersepeda sesorang bisa terus mengayuh sambil pikiran bisa kemana-mana. Melukis pun demikian, jika sudah mengetahui teknisnya maka adalah pikiran dan perasaan pelukis yang jalan.
    Walau pelukis realistik Barli mengaku cukup mengerti abstrak sebab menurutnya seni memang abstrak. Seni adalah nilai. Setiap kali melihat karya yang realistik Barli justru tertarik pada segi-segi abstraksinya. Seperti segi-segi penempatan komposisi yang abstrak yang tidak bisa dijelaskan oleh pelukisnya sendiri.

    Barli menyebutkan pula, pelukis yang menggambar realistik sesungguhnya sedang melukiskan meaning. Dicontohkannya lagi, kalau melihat seorang kakek maka dia akan tertarik pada umurnya, kemanusiaannya. Sehingga pastilah dia akan melukiskannya secara realistik sebab soal umur tidak bisa dilukiskan dengan abstrak. Menggambarkan penderitaan manusia lebih bisa dilukiskan dengan cara realistik daripada secara abstrak.
    Dijelaskan oleh Jim, di satu sisi Barli dapat dilihat sebagai meneruskan perkembangan seni lukis masa kolonial. Tetapi di sisi lain Barli merupakan bagian dari pertumbuhan seni lukis modern Indonesia yang menentang seni lukis masa kolonial itu sendiri.
    Barli di tahun 1948 pernah mendirikan Sanggar Seni Rupa Jiwa Mukti. Lalu, sepulang dari Eropa, di tahun 1958 Barli kembali mendirikan studio Rangga Gempol. Sekarang Barli memiliki Bale Seni Barli di Padalarang. Barli menyebutkan sebuah cita-cita yakni ingin punya murid yang tidak saja pandai menggambar tetapi bisa hidup bersama dengan yang lain.
    Barli Sasmitawinata semasa hidupnya memiliki dua istri, Barli pertamakali menikahi (almarhumah) Atikah Basari di Pager Ageung tahun 1946 pada saat masih berada di dalam pengungsian karena perang.  Pernikahan pertama itu dikaruniai dua orang anak bernama Agung Wiwekakaputera dan Nirwati Chandra Dewi. kemudian istri pertama Barli meninggal pada tahun 1991. Satu tahun kemudian Barli lalu kembali menikah saat usia sudah 71 tahun, kali itu dengan janda almarhum D Mawardi yang bernama Nakisbandiah yang masih tetap setia mendampingi hidupnya. Hasil pernikahan Nakisbandiah sebelumnya dengan (almarhum) D Mawardi dikaruniai empat orang putri, yaitu Kartini, Sartika, Mia Meutia (meninggal tahun 1977), dan Indira. Maka, secara keseluruhan keluarga Barli memiliki 15 cucu dan enam orang buyut.

    Penghargaan :

    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata pernah dipamerkan baik di dalam maupun luar negeri. Koleksinya juga dipamerkan di Museum Barli Bandung. Pada tahun 2000, ia menerima penghargaan Satyalancana Kebudayaan dari presiden.
    Pemerintah RI tampak sangat peduli atas perjalanan karir maestro seni lukis realistik Indonesia ini. Bertepatan dengan hari lahirnya pada 18 Maret 2004 beberapa karya lukisnya dipamerkan di Galeri Nasional, Jakarta. Termasuk dipamerkan sebuah lukisan yang Barli selesaikan hanya beberapa hari sebelum ulang tahunnya ke-83, berukuran lebih dari dua meter kali dua meter. Pembukaan pameran dilakukan langsung oleh Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata, I Gede Ardika, berlangsung sejak 18 hingga 31 Maret 2004. Bersamaan perayaan ulang tahun ke-83 itu diluncurkan pula sebuah buku karangan Nakisbandiah, istri kedua Barli setelah istri pertama meninggal dunia 11 Juli 1991, berjudul "Kehidupanku Bersama Barli".
    Bahkan, PT Pos Indonesia turut menunjukkan penghargaan yang sangat tinggi kepada seniman besar kelahiran Bandung itu. Pos Indonesia khusus menerbitkan prangko yang bergambar reproduksi lukisan Potret Diri, sebuah lukisan terkenal yang Barli buat di tahun 1974.

    Meninggal Dunia :

    Pelukis Barli Sasmitawinata meninggal pada Kamis 8 Februari 2007 sekitar pukul 16.25 di Rumah Sakit Advent, Bandung pada usia 86 tahun. Jenazah disemayamkan di Museum Barli, Jl. Sutami, Kota Bandung. Ia meninggalkan 2 anak kandung, 3 anak tiri, 15 cucu, dan 9 buyut. Setelah istri pertamanya, Atikah Basari (menikah 1946) meninggal tahun 1991, ia menikah lagi dengan Nakisbandiyah tahun 1992.
    Menurut Hendra (32), Guru Gambar di Bale Seni Barli, Barli dibawa ke RS Advent pada hari ini pukul 9.00 karena muntah-muntah. Ia meninggal pada pukul 16.25 dan dibawa ke rumah duka pukul 17.30. Banyak kerabat yang berdatangan untuk melayat. Dimakamkan pada Jumat (9/2/2007) di Taman Makam Pahlawan Cikutra. Sebelumnya Barli dirawat di rumah sakit selama sebulan karena sakit usia lanjut. Baru Minggu (4/2/2007) Barli pulang kembali ke rumahnya. Selama di rumah, Barli sempat beramanat agar keluarga besar Bale Seni Barli memelihara lembaga pendidikan seni tersebut.
    Barli juga sempat melukis. Sehari sebelum meninggal ia masih meneruskan lukisannya di kamar. Lukisan yang belum selesai itu masih belum diberi judul.

    Pengalaman Berpameran :

    • 1991 Pameran Tunggal “70 Tahun Barli” di Braga Art Gallery Bandung
    • 1990 Pameran “Hommage a Vincent Van Gogh” diselenggarakan oleh Perhimpunan Pusat Kebudayaan Indonesia – Perancis di Bandung
    • 1990 Pameran bersama di Musium Jawa Barat, di Bandung
    • 1990 Pameran Lukisan Seniman Bandung di Galeri Hidayat Bandung
    • 1990 Pameran dan bursa lukisan di Mitra Budaya Jakarta
    • 1990 Pameran bersama di Mon Decor Jakarta
    • 1990 Pameran bersama di Edwin’s Gallery Jakarta
    • 1990 Pameran bersama Papilio di Wisma Metropolitan diselenggarakan oleh Bank EXIM Jakarta
    • 1989 Pameran bersama Simponi Dua Kota di Surabaya
    • 1989 Pameran ber sama Papilio di Hotel Hyatt Arya Duta Jakarta
    • 1989 Pameran Besar Pelukis Ternama Indonesia di Gedung Bentara Budaya Jakarta, diselenggarakan oleh KOMPAS
    • 1989 Pameran bersama Agung Wiwekaputra diselenggarakan oleh Bank N.I.S.P di Bandung
    • 1988 Pameran Indonesia – Perancis diselenggarakan oleh Perhimpunan Pusat Kebudayaan Indonesia – Perancis di Bandung
    • 1988 Pameran “The First Asean Travelling Exhibition of Painting” di Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore dan Thailand. Diselenggarakan oleh Pemerintah Republik Indonesia
    • 1988 Pameran Tunggal di BUKOPIN Jakarta
    • 1987 Pameran bersama Papilio dalam rangka Pekan Pariwisata Jawa Barat
    • 1986 Pameran Besar bersama “Perjoangan dalam rangka menyambut HUT ABRI ke 41? di Bandung
    • 1985 Pameran Besar “Tilam ka Tineung” untuk Gubernur Jawa Barat
    • 1985 Pameran bersama Papilio di Mitra Budaya Jakarta
    • 1985 Pameran Tunggal di Erasmus Huis Jakarta diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Belanda di Indonesia
    • 1984 Pameran bersama Papilio di Erasmus Huis Jakarta
    • 1984 Pameran Tunggal di ITB Bandung diselenggarakan oleh Jurusan Seni Rupa ITB
    • 1984 Pameran Seni Lukis Indonesia di Galeri Jaya Ancol Jakarta
    • 1983 Pameran bersama Pekan Raya Bandung – Braunsweig
    • 1983 Pameran bersma tiga belas pelukis di UNPAD Bandung
    • 1982 Pameran bersama Papilio di Bandung dan Jakarta
    • 1981 Pameran Tunggal di Bandung
    • 1981 Pameran besar L.S.I. ke dua di Bandung
    • 1980 Pameran bersama Wisma Seni Nasional 1980 di Bandung
    • 1979 Pameran besar L.S.I. di Bandung
    • 1978 Pameran bersama kelompok lima Bandung (Affandi, Hendra Gunawan, Sudarso, Wahdi dan Barli) diselenggarakan oleh T.I.M. di Taman Ismail Marzuki
    • 1978 Pameran di Australia bersama Studio Rangga Gempol
    • 1975 Pameran reuni empat pelukis dari kelompok lima Bandung
    • 1974 Pameran bersama di Taman Ismail Marzuki di Jakarta, diselenggarakan oleh T.I.M.
    • 1953 Pameran bersama di Amsterdam, Bonn, Dusseldorf, Recklinghausen, Oslo, Moskow dan Leningrad diselenggarakan oleh Pemerintah Republik Indonesia
    • 1953 Pameran tunggal di Amsterdam dan Recklinghausen
    • 1951 Pameran bersama Affandi di London dan Brussel
    • 1951 Pameran bersama di Washington D.C., New York, Colorado, Tennessee, Florida, Kentucky, Missouri dan Ohio Amerika Serikat
    • 1951 Pameran tunggal di Washington D.C. Amerika Serikat
    • 1947 Pameran lukisan dari front pertempuran Jawa Barat di Tasikmalaya, Magelang dan yogyakarta yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia
    • 1946 Pameran Perjoangan yang diselenggarakan oleh Kementerian Penerangan Republik Indonesia di Yogyakarta
    • 1943 Pameran bersama di Bandung, Semarang, Jakarta dan Surabaya di selenggarakan oleh Keimin Bunka Sidosho Jakarta.
    • 1937 Pameran bersama di Jaarbeurs di Bandung
    • 1936 Pameran di Pekan Raya Surabaya 

    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata

    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata
    A seated girl with a fruit basket - Gambar Lukisan Barli Sasmitawinata

    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata
    Affandi dengan Istri Pulang Melukis Pohon Apel - Gambar Lukisan Barli Sasmitawinata

    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata
    Fruit Saller - Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata

    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata
    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata

    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata
    Ibu Tani - Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata

    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata
    Bobotoh - Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata

    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata
    Pasar - Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata

    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata
    Dua Wanita - Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata

    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata
    Gadis - Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata

    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata
    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata

    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata
    Pantai Nude - Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata

    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata
    Penari Kebyar - Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata

    Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata
    Penari Kipas 2 - Gambar Lukisan Karya Seni Barli Sasmitawinata

    0 komentar

  • Copyright © 2013 - Unbreakable Machine Doll - Harajuku Shina - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan